5/04/2012

Statement yang tidak tepat dari Jemaat Qadiani

Bismillahir-rahmanir-rahim

SURAT PERTANYAAN DARI PHILIPINA


PERTANYAAN
Ditujukan kepada editor majalah Al Ahmadiyya



Tuan yang terhormat Cabayanda Sulu, Tawi-tawi, Philipina

Assalammu alaikum wr wb,

Terima kasih atas kiriman-kiriman majalah Al Ahmadiyya. Namun dengan menyesal, saya tak dapat menerima slogan anda yang berbunyi:
Tidak ada Nabi lagi, baik Nabi lama maupun Nabi baru setelah Nabi Suci Muhammad saw. Bila yang anda maksud itu �Nabi tanpa syari�at baru� saya setuju

Dalam shalat kita sehari-hari bukankah lima puluh kali kita mengulang-ulang Surat Al Fatihah ? Dan bukankah kita memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar menunjukkan jalan yang lurus, jalan mereka yang diberi Allah nikmat kebahagiaan ? Dalam Q 4: 69/70, bukankah telah difirmankan bahwa penerima rahmat Allah terdiri para Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Solihin ?

Mengapa kita harus selalu mohon kepada Allah agar ditunjukkan jalan dari keempat golongan tersebut ? Bukankah hal ini karena kita ingin-jika mungkin-menjadi seperti mereka ? Bukankah kita orang paling bodoh di dunia bila kita mohon sesuatu yang tidak mungkin diberikan oleh Allah ?

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas majalah yang anda kirimkan.

Wassalam,

Haji Muhammad Ebah

Tembusan kepada:
Hazrat Khalifatul Masih III
Pemimpin Jemaat Ahmadiyah dalam Islam
Rabwah Pakistan



JAWABAN �Al-Ahmadiyyah Lahore.

Dalam Surat Al Fatihah pada Bab Pertama dalam Quran Suci kita berdoa:

�Bimbinglah kami pada jalan yang lurus, yakni jalan mereka yang Engkau anugerahkan nikmat keberuntungan� ( Q. 1: 5, 6 ).

Doa ini diajarkan kepada Nabi Suci saw setelah kemunculannya Beliau sebagai Nabi. Beliau tidak pernah memohon agar dijadikan Nabi oleh Allah seperti: � Wahai Allah, jadikanlah aku nabi�. Adapun kenabian adalah merupakan suatu rahmat yang diberikan kepada seseorang yang DIA kehendaki ( Q. 6: 125 ). Bilamana Tuhan mengajarkan doa sedemikian rupa hingga yang memohon bisa jadi Nabi ( Disamping sebagai pewaris dan rahmat spiritual lainnya ), maka mengapa tak seorangpun dari para pengikut Nabi Suci sampai 1400 tahun belakangan ini tidak dapat memperoleh kenabian dalam arti yang hakiki, bahkan tidak pula kepada mereka yang menurut Quran Suci dekat kepada-Nya di Taman Kebahagiaan ( Q. 56: 13-14 ) begitu pula mengapa tidak kepada mereka yang Allah firmankan : �Allah sangat ridha kepada mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya. ( Q. 9: 100 )

Kami berdoa memohon petunjuk Ilahi atau karunia yang telah di anugerahkan kepada mereka yang tulus dari Tuhan sebelumnya, juga kami berdoa mohon agar kami bersama mereka dalam kehidupan di akhirat sebagaimana dikatakan oleh Quran Suci:

�Dan barang siapa yang taat kepada Allah serta Rasulnya, mereka akan bersama dengan orang-orang yang telah diberikan rahmat dan karunia oleh Allah di antara para Nabi, para siddieq dan para syahid serta para salihin, dan mereka adalah sebaik-baik kawan� ( Q. 4: 69 ).

Ini adalah anugerah Allah dan Allah sudah cukup sebagai Yang Maha Tahu

Memang tentunya orang yang benar-benar taat kepada Allah dan taat kepada Rasulnya sesuai dengan tingkat ketaqwaannya, maka mereka akan bersama dengan keempat golongan tersebut dalam kehidupan di akhirat sebagaimana tersebut diatas. Baiklah kami ulangi, mereka bersama atau berkawan dengan keempat golongan tersebut. Quran Suci menyatakan sbb.

� Allah beserta mereka yang melaksanakan kewajibannya� ( Q. 2: 194 ).

Ini menunjukkan bahwa kaum mukmin itu berkawan dengan Tuhan, tetapi dengan kemuliaan rohani persahabatan ini tidak berarti mereka menjadi Tuhan. Juga Nabi Suci Muhammad saw telah bersabda:

�Pedagang yang tulus dan benar, mereka bersama Nabi, para siddiq dan para syahid� ( Tirmidhi 12: 14 ).

Namun hal ini tak berarti bahwa si pedagang yang jujur itu menjadi seorang nabi.

Pertanyaan mungkin timbul pada persoalan ini, dimana kalau kita tidak menjadi Nabi tapi hanya bersama-sama Nabi saja, lalu kita tidak menjadi Siddiq, Syahid dan Saleh dan kita hanya berteman dengan mereka, lantas kita jadi apa ? Tentulah Quran Suci disini ( Q. 4: 69 ) menyatakan betapa mulianya persaudaraan ini. Jika kita ingin mengetahui betapa mulianya kedudukan dari rahmat rohani yang disediakan bagi kaum Mukmin ini dan akan menjadi apa kelak mereka sesungguhnya ?

Marilah kita lihat ditempat lain dalam Quran Suci.

�Dan mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka adalah orang yang siddiq ( benar ) dan orang yang syahid ( tulus ) di sisi Tuhan mereka ( Q. 57: 19 )

�Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat baik, niscaya mereka Kami masukkan dalam golongan orang yang saleh� ( Q. 29: 9 )

Ketika pertanyaan timbul tentang persaudaraan dimana para Nabi disebutkan bersama para siddiq, para syahid dan para salihin dan disaat indikasi menunjukkan betapa mulianya kedudukan mereka itu atau akan menjadi apa mereka itu, maka kata-kata Nabi secara jelas dihilangkan dari ayat-ayat tersebut.

Adalah mengherankan bahwa para anggota Jemaat Ahmadiyah ( Qadiani/Rabwah ) mengira bahwa akan ada nabi lagi tanpa syariat.
Apakah syariat itu atau Kitab itu suatu laknat dan bukan anugerah Tuhan ?

Quran Suci menyatakan:

�Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, dan apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Kitab serta Hikmah� ( Q 2: 231 )

Mengapa kita tidak memohon kepada Tuhan agar ada Kitab Baru dan Syariat Baru serta Hidayah Baru ? Bila Tuhan dapat memberikan kenabian, maka pastilah DIA dapat memberikan Kitab, Syariat dan Hidayah baru pula. Bila dikatakan bahwa Kitab dan Syariat telah sempurna, maka kami katakan pula bahwa kenabianpun telah sempurna.

Memang rahmat kenabian tidak berakhir. Namun rahmat ini dengan tegas kami katakan tidak disebut kenabiann ( Nubuwwah ) dalam istilah Islam.

Inilah sebabnya mengapa Pendiri Gerakan Ahmadiyah ( organisasi dalam Islam ) Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menyatakan:

�Nabi kita Muhammad saw adalah Nabi terakhir dari segala Nabi dan tidak akan ada Nabi lagi, baik Nabi lama maupun Nabi baru setelah kedatangannya� ( Anjam Atham, catatan kaki, halaman 27 )

Dan ketika beliau wafat, tulisan dalam batu nisannya berbunyi;

�Mujaddid ( Pembaharu ) abad 14 Hijriyah�.

Tiga puluh tahun kemudian batu ini dibongkar dan diganti dengan kata-kata lain, sedangkan aslinya dilenyapkan.

�Maka ambillah pelajaran wahai kalian yang mempunyai penglihatan� Q. 59: 3

SM Tufail. MA ( Editor ).

Wassalam,

I will hold religion above the world

No comments:

Post a Comment