5/14/2013

Apa itu SEKTARIANISME??

Assalamu'alaikum warrahmatullah... Kaum Khariji adalah yang pertama bertanggung-jawab atas penciptaan sekte-sekte dalam Islam. Ada riwayat yang jelas disebutkan tentang mereka bahwa mereka mengguncang solidaritas kaum Muslim, bukan karena mereka berbeda dengan para sahabat Nabi Suci Muhammad s.a.w. dalam beberapa perkara, melainkan juga karena adalah mereka yang pertama-kali mulai melontarkan takfir (pengumuman kekafiran) di antara kaum Muslim. Pada saat itu, Hazrat �Ali dan Hazrat Mu�awiyah terlibat dalam pertempuran. Kaum Khariji berfihak kepada �Ali namun mereka meminta agar �Ali harus mengumumkan Mu�awiyah dan antek-anteknya sebagai kafir serta di luar pagar Islam. Hazrat �Ali menolak berbuat demikian dan dengan jelas berkata: �Mereka adalah juga saudara-saudara kita yang telah berontak melawan kita; kita tidak menyatakannya sebagai kafir atau melanggar batas (fasik)�. Jika beberapa renungan diberikan kepada ayat-ayat Qur�an tentang poin ini, akan jelas bahwa kaum Muslim dilarang untuk dua perkara, yakni, menjadi terpecah dalam sekte-sekte dan dari memecah agama. Dua-duanya dari ini adalah akibat takfir. Setiap golongan yang menyatakan yang lain sebagai kafir (barangkali golongan itu lebih besar jumlahnya dan menyebut dirinya golongan terbesar di antara kaum Muslim), ketika dia terlibat dalam takfir terhadap penganut Kalimah (tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya), sungguh telah menciptakan perpecahan dalam barisan Islam dan menghancurkan basis dimana kaum Muslim bisa bersatu. Bila inti-sari agama dibatasi dalam beberapa problim dimana satu golongan berbeda dengan yang lain, dan prinsip keimanan sepenuhnya diabaikan, inilah betapa agama itu menjadi terpecah. Akibatnya adalah bahwa seluruh tenaga seseorang itu disia-siakan untuk perkara-perkara yang �pinggiran� pentingnya. Partai-partai demikian terlibat dalam perbedaan remeh-temeh semacam itu sehingga tak seorang pun peduli apakah landasan keimanan itu sendiri telah dihancurkan. Karena itu, basis sektarianisme adalah pengumuman pengafiran (takfir) terhadap sesama Muslim. Aspek menyedihkan dari kisah ini adalah bahwa ketika orang-orang mulai saling mengutuk karena perbedaan kecil, kekuatan bangsa menjadi lemah. Kekuatan yang seharusnya digunakan demi kemajuan Islam berkeping-keping karena tindakan saling mengutuk. Ketika Qur�an meletakkan landasan besar persaudaraan Islam dan menyatakan: Innamal mu�minuna ikhwatun (Semua kaum mukmin adalah saudara � 49:10), ini tidak menisbikan kemungkinan timbulnya perbedaan yang jujur antara kaum Muslim. Di tempat yang sama ditunjukkan bahwa jika dua golongan mukmin bertengkar, maka damaikanlah di antara mereka (49:9). Kini, kedua golongan yang berselisih dianggap mukmin di sini. Inilah pelajaran yang dilupakan kaum Muslim hari ini. Toleransi yang diharapkan kaum Muslim yang ditunjukkan kepada para penganut agama-agama lain hendaknya dilakukan dengan lebih luas di kalangan mereka sendiri. Mereka hendaknya belajar menghormati ide yang lain dan menolerir perbedaan pandangan di antara mereka. Tetapi keadaan mereka kini adalah bahwa pada saat seseorang berbeda pandangan dengan mereka untuk suatu perkara, dia seketika mengumumkannya sebagai kafir dan murtad. Menganiaya dan membunuhnya dengan segala cara dianggap sebagai perbuatan sangat mulia. Masalah utamanya bukanlah bahwa di antara kaum Muslim ada orang-orang yang berbeda dengan pandangan mereka, yang betapapun adalah satu persyaratan penting bagi kemajuan Islam, melainkan bahwa kaum Muslim tidak dapat menolerir perbedaan pandangan yang jujur. Di segi yang lain, para sahabat Nabi Suci menunjukkan kelapangan hati yang besar berkenaan dengan perbedaan pandangan di antara mereka. Meskipun demikian, jika suatu kaum berbeda dalam beberapa perkara dan mereka lebih menyukai satu pandangan yang berbeda, ini tidak bisa disebut sektarianisme. Tetapi kalau dikarenakan perbedaan ini, seorang saudara Muslim dinyatakan kafir dan boleh dianiaya, yang secara keliru diperkirakan ini adalah perbuatan berjasa serta sumber pahala yang besar (thawab), maka itulah namanya bahwa kejahatan sektarian telah mulai berakar dalam masyarakat. Seseorang tidak melakukan kesalahan sektarian ketika dia, yang sepenuhnya beriman dalam Kalimah serta Qur�an sebagai firman Allah; beranggapan bahwa beberapa ide atau adat dan kebiasaan kaum Muslim itu bertentangan dengan Qur�an dan Hadist. Jika ini adalah sektarian, maka ruang lingkup bagi reformasi kaum Muslim berarti sudah ditutup. Saat ketika kaum Muslim dibebaskan dari kutuk takfir, saat ketika mereka berhenti berencana untuk saling menghancurkan, maka perbedaan di antara mereka sungguh suatu rahmat tak terduga. Wassalamualaikum,

No comments:

Post a Comment