9/02/2012

DAJJAL DAN YA'JUJ WA MA'JUJ MENURUT AL-QUR'AN

DAJJAL DAN YA’JUJ WA MA’JUJ MENURUT QUR’AN SUCI. Kata Dajjal tak tertera dalam Qur’an Suci; tetapi dalam Hadis Sahih diterangkan, bahwa sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi melindungi orang dari fitnahnya Dajjal, jadi menurut Hadis ini, Qur’an Suci member isyarat siapakah Dajjal itu? Mengenai hal ini diterangkan dalam Kitab Hadis yang amat Sahih sebagai berikut: MAN HAFIDHO ASYRO AAYAATIN MIN AWWALIL KAHFI USIMA MINAD DAJJALI, artinya: “Barangsiapa hapal sepuluh ayat pertama Surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal”. MAN QOROAL ASYROL WA AKHIRO MIN SUUROTIL KAHFI USIMA MIN FITNATID DAJJAALI, artinya:”Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal”. Boleh jadi, dalam menyebut sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir, itu yang dituju ialah seluruh surat Al-Kahfi yang melukiskan ancaman Kristen yang beraspek dua, yang satu bersifat Keagamaan dan yang lain bersifat Keduniawian. Bacalah sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir Surat Al-Kahfi, anda akan melihat se-terang2nya bahwa yang dibicarakan dalam dua tempat itu adalah umat Kristen. Mula-mula diuraikan aspek keagamaan, yang pada waktu itu Nabi Suci s.a.w. dikatakan sebagai orang yang member peringatan umum kepada sekalian manusia (ayat 2), lalu dikatakan sebegai orang yang member peringatan khusus kepada umat Kristen (ayat 4), yaitu umat yang berkata bahwa ALLAH memungut Anak laki-laki. Demikian bunyinya: “Segala puji kepunyaan ALLAH Yang menurunkan Kitab kepada hamba-Nya…,…agar ia member peringatan tentang siksaan yang dahsyat dari Dia…dan ia memperingatkan orang-orang yang berkata bahwa ALLAH memungut Anak laki-laki” (18:1-4). Terang sekali bahwa yang dituju oleh ayat tersebut ialah umat Kristen, yang pokok ajaran agamanya adalah Tuhan mempunyai Anak laki-laki. Dalam sepuluh ayat terakhir Surat Al-Kahfi diuraikan seterang-terangnya,bahwa umat Kristen mencapai hasil gemilang dilapangan duniawi. Demikianlah bunyinya:”Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-Ku sebagai pelindung selain Aku?...Katakan apakah Kami beritahukan kepada kamu orang-orang yang paling rugi perbuatannya? (yaitu) orang yang tersesat jalannya dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka adalah orang yang mempunyai keahlian dalam membuat barang-barang” (18:102-104). Ini adalah lukisan bangsa-bangsa barat yang diramalkan dengan kata-kata yang terang. Membuat barang adalah keahlian dan kebanggana umat Kristen, dan cirri khas inilah yang dituju oleh ayat tersebut. Mereka berlomba-lomba membuat barang-barang,dan mereka begitu sibuk dalam urusan ini,sehingga penglihatan mereka akan nilai-nilai kehidupan yang tinggi,menjadi kabur samasekali. Membuat barang-barang,sekalilagi membuat barang-barang,adalah satu-satunya tujuan hidup mereka didunia. Jadi,sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir Surat Al-Kahfi menerangkan dengan jelas bahayanya ajaran Kristen tentang Putra ALLAH,dan tentang kegiatan bangsa-bangsa Kristen dilapangan kebendaan, dan inilah yang dimaksud dengan fitnahnya Dajjal. Ya’juj wa Ma’juj diuraikan dua kali dalam Qur’an Suci. Yang pertama diuraikan dalam Surat Al-Kahfi,sehubungan dengan uraian tentang gambaran Dajjal. Menjelang berakhirnya Surat Al-Kahfi,diuraikan tentang perjalanan Raja Dhul-Qarnain*) ke berbagai jurusan untuk memperkuat tapal kerajaannya. Ternyata bahwa menurut sejarah,raja ini ialah raja Persi yang bernama Darius I. Diterangkan dalam Surat tersebut,bahwa perjalanan beliau yang pertama,berakhir dilaut hitam. “Sampai tatkala ia mencapai ujung yang paling barat,ia mrnjumpai matahari terbenam dalam sumber yang berlumpur hitam” (18:86). Ternyata bahwa yang dimaksud sumber yang berlumpur hitam ialah Laut Hitam. Selanjutnya diuraikan dalam Surat tersebut,kisah perjalanan beliau ke timur, “Sampai tatkala ia mencapai tempat terbitnya matahari,ia menjumpai matahari terbit diatas kaum yang tak Kami beri perlindungan dari (matahari) itu”(18:90). Selanjutnya diuraikan perjalanan beliau ke utara, “Sampai tatkala ia mencapai (suatu tempat) diantara dua bukit”(18:93). Yang dimaksud dua bukit ialah Pegunungan Armenia dan Azarbaijan. Dalam perjalanan ke Utara ini, raja Dhul-Qarnain berjumpa dengan suatu kaumyang berlainan bahasanya,artinya mereka tak mengerti bahasa Persi. Kaum ini mengajukan pertanyaan kepada raja Dhul-Qarnain sebagaiberikut:”Wahai Dhul-Qarnain!Sesungguhnya Ya’juj wa Ma’juj itu membuat kerusakan di bumi.Bolehkah kami membayar upeti kepada engkau,dengan syarat sukalah engkau membangun sebuah tembok,**) dan sehubungan dengan itu,Qur’an Suci menyebut-nyebut besi dan tembaga sebagai bahan untuk membangun pintu gerbang:”Berilah aku tumpukan besi,sampai tatkala (besi) itu memenuhi ruangan diantara dua bukit,ia berkata:”Bawalah kemari cairan tembaga yang akan kutuangkan diatasnya” (18:96). Dalam ayat 97 diterangkan,bahwa tatkala tembok itu selesai, mereka (Yajuj wa Ma’juj) tak dapat menaiki itu,dan tak dapat pula melobangi itu”. Dalam ayat 98,raja Dhul-Qarnain menerangkan,bahwa bagaimanapun kuatnya,tembok ini hanya akan berfaedah sampai jangka waktu tertentu,dan akhirnya tembok ini akan runtuh.Lalu kita akan dihadapkan pada peristiwa yang lain. “Dan pada hari itu,Kami akan membiarkan sebagian mereka (Ya’juj wa Ma’juj) bertempur melawan sebagaian yang lain” (18:99). Catatan: *) Kata Dhul-Qarnain makna aslinya mempunyai dua tanduk,tetapi dpat berarti pula,orang yang memerintah dua generasi,atau,orang yang memerintah dua kerajaan .Makna terakhir ini diberikan oleh mufasir besar Ibnu Jarir. Dalam Kitab Perjanjian Lama,Kitab Nabi Daniel,terdapat uraian tentang impian Nabi Daniel,dimana ia melihat seekor domba bertanduk dua.Impian itu ditafsirkan dalam Alkitab dengan kata-kata sbb:”Adapun domba jantan,yang telah kau lihat dengan tanduk dua pucuk,yaitu raja media dan persi,(Daniel 8:20).Diantara raja Media dan Persi,yang paling cocok dengan gambaran Qur’an Suci,ialah raja Darius I (521-485 sebelum Kristus).Jewish Encyclopaedia menerangkan sbb:”Darius adalah negarawan yang ulung.Peperangan yang beliau lakukan hanyalah dimaksud untuk membulatkan tapal batas kerajaannya,yaitu di Armenia,Kaukasus,India,sepanjang gurun Turania dan dataran tinggi Asia Tengah”.Pendapat ini dikuatkan oleh Encyclopaedia Britanica sbb:”Tulisan yang diukir dalam batu menerangkan bahwa raja Darius adalah pemeluk agama Zaratustra yang setia.Tetapi beliau juga seorang negarawan yang besar.Pertempuran yang beliau lakukan,hanyalah untuk memperoleh tapal batas alam yang kuat bagi kerajaannya,demikian pula untuk menaklukan suku bangsa biadab didaerah perbatasan.Jadi,raja Darius menaklukan bangsa-bangsa biadab dipegunungan Pontic dan Armenia,dan meluaskan kerajaan Persia sampai Kaukasus”. **) Rintangan atau tembok yang diuraikan disini ialah tembok yang termashur di Derbent atau Darband yang terletak dipantai laut kaspi.Dalam Kitab Marasidil-Ittila (Kitab Ilmu bumi yang termashur),terdapat uraian tentang hal itu.Demikian pula dalam kitabnya Ibnu al-Faqih.Encyclopaedia Biblica menjelaskan tembok itu sbb:”Derbent atau Darband adalah sebuah kota kerajaan Persi di Kaukasus,termasuk dalam profinsi Daghistan,dipantai barat laut Kaspi…diujung sebelah selatan,terletak Tembok Kaukasus yang menjulang ke laut,yang panjangnya 50 Mil,yang disebut Tembok Alexander…Tembok ini seluruhnya mempunyai ketinggian 29 kaki,dan tebal lebihkurang 10 kaki;dan dengan pintu gerbangnya yang dibuat dari besi,dan berpuluh-puluh menara pengintai,merupakan pertahanan tapal batas kerajaan Persi yang kuat. DAJJAL ADALAH IDENTIK (SAMA) DENGAN YA’JUJ WA MA’JUJ Segera setelah Qur”an Suci menerangkan pertempuran satu sama lain antara Ya’juj wa Ma’juj,ayat 102 menerangkan persoalan Dajjal, “Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-KU sebagai pelindung diluar Aku?” (8:12). Ini menunjukkan bahwa Qur’an Suci mempersamakan Dajjal dengan Ya’juj wa Ma’juj. Mereka diberi nama yang berlainan karena mempunyai dua fungsi yang berlainan. Adapun mengenai identitas Ya’juj wa Ma’juj, para mufassir tak sama pendapatnya. Ibnu Katsir berkata,bahwa Ya’juj wa Ma’juj adalah keturunan Adam, dan pendapat ini dikuatkan oleh Hadis Bukhari dan Muslim. Menurut Kitab Ruhul-Ma’ani, Ya’juj wa Ma’juj adalah dua kabilah keturunan Yafits bin Nuh, yang bangsa Turki adalah sebagian dari mereka; mereka disebut Turki,karena mereka turiku (ditinggalkan) disebelah sananya Tembok. Selain itu,menurut uraian Qur’an,terang sekali bahwa mereka adalah sebangsa manusia, yang untuk menghalang-halangi serbuan mereka,terpaksa dibangun sebuah tembok. Adapun yang kedua, Ya’juj wa Ma’juj diuraikan dalam Qur’an Suci sbb: “Sampai tatkala Ya’juj wa Ma’juj dilepas,mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi” (20:96). Ternyata bahwa yang dimaksud dengan kalimat “mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi” ialah bahwa mereka akan menguasai seluruh dunia. Menilik cara Qur’an menerangkan Ya’juj wa Ma’juj dalam dua tempat tersebut,terang sekali bahwa akan tiba saatnya Ya’juj wa Ma’juj mengalahkan sekalian bangsa di dunia. Dan terang pula bahwa pada waktu Qur’an Suci diturunkan,Ya’juj wa Ma’juj sudah ada,tetapi gerak-gerik mereka masih tetap terkekang sampai saat tertentu,yang sesudah itu,mereka akan terlepas untuk menguasai seluruh dunia.

No comments:

Post a Comment