2/26/2012

Bashiruddin Mahmud Ahmad vs Maulana Muhammad Ali

KHALIFAH BASHIRUDDIN MAHMUD AHMAD

Ketika Bashiruddin Mahmud Ahmad mulai memegang jabatan Khalifah, banyak sahabat Pendiri Ahmadiyah terkemuka yang dianggap sebagai �kuda hitam� Gerakan Ahmadiyah yang menolak untuk mengambil bai�at kepada Bashiruddin Mahmud Ahmad hingga dia berhenti dari kepercayaannya yakni �takfirul Muslimin�. Sebaliknya Bashiruddin Mahmud Ahmad semakin berkepala batu dan dia mulai mempropagandakan keyakinannya dengan kata-kata yang lebih menyengat, sehingga Maulana Abdul Kalam Azad, Presiden India almarhum, seorang editor dari majalah � Al Hilal� pada saat itu menulis tentang persoalan ini dalam majalahnya tanggal 25 Maret 1914 dengan kata-kata sbb.

�Sejak beberapa waktu, Jemaah ini ( Ahmadiyah ) terpecah dalam dua golongan karena perbedaan masalah�takfir�. Di satu golongan percaya bahwa kaum muslimin non Ahmadi adalah tetap masih muslim meskipun mereka tidak mempercayai atas dakwahnya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Satu golongan lagi secara terbuka menyatakan bahwa mereka yang tidak percaya kepada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah �kafir�.

�Inna lillahi wa innaa ilaihi raajiuun�

Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad adalah pemimpin golongan yang belakangan dan sekarang mereka mengumumkan sebagai �Khalifah� tetapi golongan yang pertama tidak mau mengakuinya. Karangan-karangan yang diterbitkan oleh Maulana Muhammad Ali dalam hal ini dan keberaniannya serta kegagahperwiraannya yang tiada tara dimana beliau telah mengungkapkan pandangan-pandangannya, padahal ia masih tetap tinggal di Qadian, sesungguhnya adalah suatu peristiwa terbesar dalam sejarah masa kini�. ( Al Hilal, 25 Maret 1914 )

Dan siapakah gerangan Maulana Muhammad Ali ini ?

Beliau bukanlah orang sembarangan. Maulana Muhammad Ali adalah Sekertaris Jenderal dari Sadr Anjumann Ahmadiyah di Qadian semasa hidup Pendiri dan semasa Maulana Nuruddin. Beliau adalah Editor dari Majalah � Review of Religion� dan terakhir menonjol sebagai muslim pertama yang menterjemahkan Quran Suci kedalam bahasa Inggris.

Orang tua biasanya menaruh harapan besar atas karier cemerlang dari puteranya setelah menyelesaikan pendidikan. Maulana Muhammad Ali telah mencapai gelar MA dengan nilai terbaik, begitu pula matematikanya dengan nilai terbaik pada Punjab University dan memperoleh medali emas. Setelah itu be;iau mencapai sarjana hukum pada Unversitas yang sama dengan cum laude dan sedang bersiap-siap untuk praktek sebagai pengacara. Pada kunjungannya kepada pemimpin rokhaninya yakni Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, beliau mendapati bahwa Al Masih Yang Dijanjikan menginnginkan agar beliau mendhrama-bhaktikan hidupnya untuk melayani Islam dari pada mengejar keuntungan duniawi. Kemudian orang besar ini meninggalkan segala kariernya seperti profesi pengacara, orang tua, sanak kerabat, harta kekayaan dan segala sesuatu, lalu segera membaktikan hidupnya demi Islam. Beliau menerima kehidupan yang sederhana di Qadian agar selalu dekat dengan imamnya.

Bagaimanakah membayangkan pribadi seperti ini ?

Tiada yang dapat menggambarkannya kecuali kesaksian Al Masih Yang Dijanjikan sendiri, sbb.

� Selama masa ini, yakni sejak dia mulai tinggal besertaku, saya telah mempelajarinya baik segi lahiriah maupun bathiniahnya dan saya mendapatinya sebagai seorang yang sangat unggul baik dalam watak maupun kelemah-lembutannya. Dia rendah hati, sederhana, tulus dan di dalamnya penuh kepribadian yang tulus. Dia seorang lelaki yang sangat berbobot yang bisa menimbulkan rasa iri.........�
( Majmua Ishtiharat, jilid III, hal 137 )

�..... saya yakin, bahwa penglihatan saya tidak meleset, anak muda ini akan banyak membuat langkah-langkah di jalan Allah dan saya yakin bahwa dengan rahmat Allah dia pasti akan meletakkan contoh utama dalam Tawa serta keteguhan iman dalam pengabdian kepada agamanya yang patut ditiru oleh para sejawatnya. Wahai Allah ! Tetapkanlah hal ini dengan teguh. Amin�
( Majmua Ishtiharat, jilid III, halaman 158 )


Inilah Muhammad Ali. Sekarang orang ini ditantang dengan masalah untuk menjaga kesucian �Kalimah Thoyyibah� dan menyelamatkan ajaran yang murni dari Pendiri Gerakan Ahmadiyah yang telah diguncangkan tiada lain oleh putera Pendiri itu sendiri. Putusan tersebut tidak mudah dilakukan, hal itu meminta pengorbanan yang besar. Ini berarti mengucapkan selamat tinggal kepada suatu Jemaah yang terdiri dari 600.000 anggota termasuk sahabat dan sanak kerabat, perpustakaan dan markas besar yang sudah mapan, begitu pula struktur organisasional yang telah dibantu dalam membangunnya dengan hasil keringat dan darahnya demi untuk menjamin kesucian �Kalimah Thoyyibah� serta ajaran murni dari Al Masih Yang Dijanjikan. Nama orang besar ini telah dilatih dan diasuh oleh orang yang terbesar di abad ini di jalan Allah sebagai titik utama dari latihannya. Karena itu beliau tidak merasa berat untuk memutuskan Putusan tersebut demi kebenaran.

Beliau akhirnya berpisah dengan organisasi yang sekarang bertentangan dengan ajaran Pendirinya dan bertentangan dengan Quran Suci. Beliau hijrah ke Lahore yang kemudian mendharmabhaktikan hidupnya dengan menyiarkan �karya Islam� serta menjadi ujung tombak dari Kebangkitan Islam di abad ini.

Pada sisi lain Bashiruddin Mahmud Ahmad pun giat meningkatkan petualangannya dalam mengafirkan sesama muslim seperti tampak dari kutian-kutipan tulisannya di bawah ini.

1. �Maka apapun yang diperintahkan dalam Quran Suci mengenai keingkaran terhadap Nabi, begitu pula dalam masalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad� ( Al-Qaulul-Faisal, hal 33 )

2. �Jika kita tak mempercayainya sebagai seorang Nabi, maka penyakit berbahaya akan merasuk kedalam keimanan kita sehingga cukuplah untuk menganggapnya sebagai seorang yang kafir� ( Haqeqatun-nubuwwat, hal 204 )

3. �Adalah kewajiban kita......untuk menganggap non Ahmadi sebagai bukan muslim� ( Anwarul Khilafat, hal 90 )

4. �........dan seseorang yang tidak percaya kepada Al Masih Yang Dijanjikan, apapun alasan atas ketidak percayaannya, dia adalah kafir� ( Dzikrullahi, hal 22 )

5. �Persoalan ketiga adalah dia ( Maulana Muhammad Ali ) meminta perhatian saya yakni pernyataan tentang kufar dan Islam. Dia berkata bahwa langkah perdamaian adalah kita harus menganggap non Ahmadi sebagai muslim. Tetapi saya berkata: � Jalan perdamaian adalah bila kita menerima putusan Quran Suci�. Quran menyatakan bahwa tidak percaya kepada nabi adalah kafir, begitu pula Allah memanggil Mirza Ghulam Ahmad itu seorang Nabi� ( Haqeeqatul Amar, hal 17 )

6. �Apakah ada seorang Ahmadi yang tidak beragama akan mengawinkan anak perempuannya kepada seorang Kristen atau Hindu ? Engkau menyebutnya kafir, tetapi sebetulnya dia lebih baik dari kalian kecuali kafir itu, bahkan kalian sebagai Ahmadi mengawinkan anak perempuanmu kepada orang kafir� ( Malaikaullahi, halaman 46 )

7. � Kami bertemu dengan seorang Ulama Besar di Lucknow. Dia berkata: �Banyak pengikutmu secara palsu menyiarkan tentang anda bahwa anda menyebut kami orang kafir. Saya tak dapat mempercayainya karena seorang pribadi seperti anda ini yang mempunyai pandangan luas menyatakan demikian�. Sheik Ali bicara padanya. Saya katakan padanya: �Sampaikan padanya bahwa sesungguhnya kami sendiri yang menyebutnya seorang kafir�. Mendengar hal ini dia sangat tercengang� ( Anwarul Khilafat, hal 92 )

8. �Segenap kaum muslimin yang tidak bai�at kepada Al Masih Yang Dijanjikan, baik mereka belum mendengar nama Al Masih Yang Dijanjikan adalah �kafir dan keluar dari Islam� ( Kalamatul Fasal, hal 110 )


Maulana Muhammad Ali yang menaruh kecintaannya sangat mendalam kepada Imamnya merasa prihatin membaca tulisan-tulisan semacam itu dimana buah pena itu merupakan hasil putera Imamnya sendiri. Beliau khususnya sangat sedih sekali atas pemutarbalikkan ajaran Al Masih Yang Dijanjikan oleh puteranya. Karena keprihatinannya yang sangat mendalam ini beliau berulangkali membujuk Bashiruddin Mahmud Ahmad untuk menghentikan permainan keimanan ini yakni �Takfirul Muslimin� namun sia-sia belaka.

No comments:

Post a Comment